Minggu, 24 Februari 2013

AVES


BAB I
PENDAHULUAN
Hampir setiap bagian dari anatomi burung yang khas termodifikasi dalam beberapa hal untuk meningkatkan kemampuan terbang. Tulang-tulang burung memiliki struktur internal yang menyerupai sarang lebah, yang membuat mereka kuat namun ringan. Adaptasi lain yang mengurangi berat burung adalah tidak adanya beberapa organ, misalnya :
1.        Pada burung betina yang hanya memiliki satu ovarium.
2.        Selain itu burung modern juga tidak bergigi, suatu adaptasi yang mengurangi bobot  kepala.
3.        Daptasi lainnya seperti makanan yang tidak dikunyah dalam mulut tetapi digerus di dalam Empedal (organ pencernaan yang terletak dekat lambung).
4.        Paruh burung yang terbuat dari keratin, terbukti sangat adaptif selama evolusi burung  dan terdapat dalam beragam bentukyang sesuai dengan jenis makanan yang berbeda- beda. Saat terbang burung memerlukan banyak sekali pengeluaran energi dari  metabolisme aktif. Burung merupakan hewan endodermik yang menggunakan panas  metabolismenya sendiri untuk mempertahankan suhu tubuh yang hangat dan konstan.  Bulu dan lapisan lemak pada beberapa spesies memberikan penyekatan yang  memungkinkan unggas untuk mempertahankan panas yang dihasilkan dari metabolisme tersebut.
Sistem pernafasan yang efisien dan sebuah sistem peredaran darah dengan sebuah jantung empat-ruang menjaga agar jaringan tetap mendapat suplai oksigen dan zat-zat makanan yang mencukupi, sehingga mendukung laju metabolisme yang kuat. Paru-paru yang efisien memiliki pipa halus yang menuju ke dan dari kantung udara elastis yang membantu membuang panas dan mengurangi kerapatan tubuh.
Untuk penerbangan yang aman, dibutuhkan alat indera yang tajam untuk penglihatan. Burung memiliki mata yang sangat bagus, mungkin yang terbaik diantara semua vertebrata . Secara proporsional, otak burung lebih besar dibandingkan dengan otak reptile dan amfibi, burung umumnya memperlihatkan perilaku yang sangat kompleks. Tingkah laku burung umumnya sangat rumit selama musim kawin. Karena telur sudah bercangkang saat dikeluarkan, fertilisasi harus terjadi secara internal. Kopulasi melibatkan kontak antara lubang pasangan kawin tersebut, yaitu lubang bukaan kloakanya masing-masing. Setelah telur diletakkan, embrio burung harus dipertahankan dan dijaga supaya tetap hangat dengan di erami oleh induk betina, induk jantan, atau keduanya, bergantung pada spesies.
Adaptasi burung yang paling jelas untuk terbang adalah sayap. Sayap burung merupakan airfoil yang menggambarkan prinsip aerodinamika yang sama seperti sayap pesawat terbang. Untuk menyediakan kekuatan untuk terbang, burung mengepakkan sayapnya dengan cara kontraksi otot pectoral (dada) besar yang ditambatkanke suatu taju (keel) pada tulang dada. Beberapa burung, seperti burung rajawali dan elang, memiliki sayap yang diadaptasikan untuk meluncur hanya dengan bantuan aliran udara maupun tiupan angin dan hanya sekali mengepakkan sayapnya. Burung lain seperti burung kolibri, harus mengepakkan sayapnya terus menerus untuk mempertahankan dirinya tetap melayang di udara. Pada kedua kasus tersebut, bentuk dan pengaturan bulu itulah yang membentuk sayap menjadi suatu airfoil.
BAB II
PEMBAHASAN
ZOOLOGY VERTEBRATA
(AVES)

2. 1 VERTEBRATA
             Vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Dalam system klasifikasi, vertebrata merupakan subilum chordata. Chordate meliputi hewan yang memilki cirri-ciri:
1.        Memiliki notokord, yaitu kerangka keras tetapi lentur.
2.        Memiliki tali rantai syaraf tunggal, berlubang terletak didorsal notokord, dan memiliki anterior yang membesar berupa otak.
3.        Memiliki ekor yang memanjang kearah posterior terhadap anus.
4.        Memiliki cela faring.
Filum chordate terdiri dari tiga subfilum, yaitu urochordata, cepalochordata, dan vertebrata.
2.1.1ciri-ciri tubuh
a.        Tubuh terdiri atas kepala, badan, dua pasang anggota badan, dan ekor pada sebagian verteb.
b.        Kulit terdiri atas dua bagian yaitu epidermis dan dermis yang menghasilkan rambut, sisik, bulu, kelenjar.
c.        Endoskeleton tersusun atas tulang atau tulang rawan.Faring bercela, merupakan tempat insang pada ikan.
d.        Otot melekat pada endoskeleton untuk bergerak.
e.        System pencernaan memilki kelenjar pencernaan, hati , dan pancreas.
f.         Jantung beruang dua atau empat
g.        Darah mengandung sel darah putih dan sel darah merah berhemoglobin.
h.        Rongga tubuh mengandung system visceral.
i.         Ginjal sepasang dengan salurannya untuk mengeluarkan zat sisa.
j.         Gonad sepasang pada betina dan jantan.
2.1.2 Habitat
Vertebrata hidup diberbagai tempat didarat maupun diperairan, lautan, danau dan sungai.
2.1.3 Klasifikasi
Vertebrata dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan ada tidaknya rahang. Vertebrata dengan mulut tidak berahang dikelompokkan dalam kelas agnatha, sedankan vertebrata dengan mulut yang berahang dikelompokkan dalam kelas gnathostomata.  
Hewan yang tergolong agnatha diantaranya adalah belut, sedangkan yang tergolong gnathostomata terbagi atas enam kelas, yaitu amphibian, reptile, aves, pisces, mamalia, chondrichthyes, dan osteichyes. Namun pada pembahan ini, kami hanya akan membahas lebih fokus pada kelas aves.
2.2 Aves
            Aves adalah hewan yang dapat dikenal orang. Karna dapat dilihat dimana-mana. Aktif pada siang hari dan unik dalam hal memiliki bulu yang menutupi tubuh dan suara yang merdu mengundang daya tarik mata dan telinga manusia sehingga dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dengan bulu aves dapat mengatur suhu tubuh dan terbang. Dengan kemampuan terbang tersebut aves dapat mendiami semua habitat. Sebagian aves memiliki sumber protein yang tinggi dan juga bias diternakkan. Kata aves berasal dari kata latin dipakai sebagai nama klas, sedangkan ornis berasal dari kata yunani ornithology yang berarti ilmu yang mempelajari burung-burung.
Aves adalah hewan yang tubuhnya tertutup bulu, tidak memiliki gigi, berjalan dengan dua kaki dan memilii struktur tulang yang termodifikasi sehingga dapat berfungsi untuk terbang (Steves, 1996). Welty, (1982) menambahkan bahwa aves memilki tungkai atau lengan depan yang termodifikasi untuk terbang, tungkai belakang termodifikasi untuk berjalan, berenang, dan hinggap, jantung memiliki empat ruang, rangka ringan, memilki kantong udara, berdarah panas, tidak memiliki kandung kemih dan bertelur.

2.2.1 Ciri-Ciri Aves
         2.2.1.1 Ciri-Ciri Umum
a)        Kelompok aves mencakup 10.000 spesies diseluruh dunia dan terdapat 8.700 spesies  di antartika.
b)       Aves termasuk hean yang berdarah panas.
c)        Homolothermis.
d)       Mencakup 30 ordo yang bervariasi.
2.2.1.2 ciri-ciri khusus
a.  Tubuh terbungkus bulu.
b.  Berparuh dari bahan kelapa.
c.  Struktur tulang menyerupai sarang lebah sehingga kerangkanya kuat dan ringan.
d.  Memiliki empedal untuk menghancurkan makanan
e.  Lambung berotot besar.
f.   Jantung beruang empat.
g.  Memilki kantung udara.
h.  Indra penglihatan yang tajam.
i.   Fertilisai secara internal.
j.  Bertelur sehingga tergolong hean ovivar, dengan cirri telur bercangkang dan kuning telur besar.
k.  Mengerami telurnya dan merawat anak.
l.    Memilki 12 nervi cranialis.
m.  Tidak memiliki vesica urinaria.
n.   Skeleton kecil dan baik, kuat dan penulangannya sempurna, pada bagian mulut terdapat   bagian yang terproyeksi sebagi paruh yangterbungkus zat tanduk.
o.   Memiliki dua pasang anggota gerak, anterior (sayap) dan posterior (kaki).
Aves menunjukkan kemajuandibandingkan dengan kelas-kelas hewan yang mendahului  dalam hal:
a.       Tubuh memiliki penutup yang bersifat isolasi.
b.      Darah vena dan darah arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi dan jantung.
c.       Pengaturan suhu tubuh.
d.      Rata-rata metabolismenya tinggi.
e.       Memiliki kemampuan untuk terbang.
f.       Suaranya berkembanga dengan baik.
g.      Menjaga anaknya secara khusus.
Hal-hal tersebut diatas menunjukkan kedudukan aves lebih tinggi dibandingkan dengan reptile. Sedangkan dengan mamalia berbeda dari segi penutup tubuh, kemampuan terbang dan hal reproduksi.
Aves hidup didarat. Sebagian spesies mendiami pohon-pohon. Jenis tertentu seperti penguin hidup didaratan kutup utara namun mencari makan dengan berenangdilautan. Jenis lainnya juga mencari makan didanau dan air tawar. Kelompok vertebrata ini dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan kemampuan terbang yaitu, karinata dan ratite.
Burung yang tergolong karinata adalah yang memilki taju dada yang berfungsi menyokong otot dada dan member kekuatan pada saat terbang. Hamper 60 % karinata termasuk dalam ordo passeri forms atau burung bertengger. Contohnya burung dara, merpati, layanglayang, dan burung pipit.
Burung yang tergolong ratite tidak memilki otot dada karna tidak memiliki rongga otot dada yang terlalu besar. Contohnya adalah burung unta, kiwi dan emu.
 2.2.2 Struktur Anatomi Dan Fisiologi Aves
            Tubuh dibedakan atas kepala, leher yang biasanya panjang, badan dan ekor. Sepasang sayap yang terlipat seperti huruf z pada saat tidak terbang, kaki, otot paha yang kuat, sedangkan bahagian bawahnya bersisik dan bercakar.
Mulut memilki paruh yang terbentuk oleh maxilla pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera. Sedang kan dibahagian luar dilapisi oleh pembungkus yang berupa zat tanduk. Pada atap paruh terdapat lubang  hidung atau nares.
2.2.2.1       Penutup tubuh (bulu)
Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tidak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul bulu yang merupakan hasil dari pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh yang sangat resisten.
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
2.2.2.1.1        Berdasarkan susunan anatomi bulu dibagi atas tiga macam, yaitu;
1.      Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang –cabang pendek dan halus.
2.      Plumulae, berbentuk hamper sebagai filoplumae dengan perbedaan ditael.
3.      Plumae, merupakan bulu yang sempurna.
Jika ditinjau lebih jauh susunan plumae, maka terdiri atas:
a)        Calamus, sebagi pangkal tangkai bulu.
b)       Rhachis, merupakan kelanjutan kalamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga didalamnya.
c)        Vexillum, sebagai bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang- cabang ke lateral rhachis. Tiap-tiap barbae mempunyai cabang-cabang lagi yang disebut barbulae. Yang distal menuju ucuk barbulae dan proximal menuju kearah pangkal bulu . Lubang pada pngkal calumus disebut umbilicus inferior, sedang
a)                                                                                                                    lubang pada                                                             pucuk kalamus umbilicus superior. Waktu bulu masih muda, kedua  umbilicus dilewati oleh pembulu darah yang me                                                                                         mbawa zat-zat makan bagi bulu muda
                                     itu.

2.2.2.1.2        menurut letaknya bulu digolongkan menjadi :
1.      Tectrices, yang menutupi badan.
2.      Rectrices, yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi  sebagai kemudi.
3.      Remiges, yang terdapat pada sayap dan dibagi atas:
a)        Remiges premariae yang melekatnya secara digital pada digiti dan secra metacarpal pada metacarpalia.
b)       Remiges sekundariae, yang melekatnya secara kubital pada radio ulna.
4.      Parapterum, yang menutupi daerah bahu.
5.      Alaspuria, sebgai bulu kecil yang menepel pada poluk.

.2.2.1.3        Warna Bulu
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu: zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.
Butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung dari struktur bulu. Contohnya burung bluebird yang bulunya berwarna biru tetapi tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning yang menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003).
Salah satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan 60% dari pigmen merah yang disebut astasantin.
Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah akibat faktor internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga dapat berubah warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya. Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat dimorfisme warna dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada burung jantan, yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar matahari.

2.2.2.1.4        Aransemen Bulu
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada, yaitu:
1.   capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus ke   pterilae berikutnya.
2.   Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar ekor dan bisa  berlanjut atau terpisah ditengah.
3.  Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi ventral leher.
Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus. Bagian apterilae dada bawah dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood patch). Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
4.  Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas ke belakang  pada sisi pundak.
5.  Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
6.  Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan sisa jari
kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
7.  Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut ke tubuh.
8.   Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya, 2003).

2.2.2.1.5        Pergantian Bulu
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun. Pergantian bulu biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin.
Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan diganti yang baru, sebagai berikut :
a.       Juvenal plumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu first winter plumage.
b.      First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir musim panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari spesiesnya.
c.       First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
d.      Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin kedua pada musim semi berikutnya.
Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah terutama bulu masa kawin. Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya, itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.

2.2.2.1.6        Fungsi Bulu
1.      Dapat mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang- goyangkan bulu mereka dalam cuaca dingin.
2.      Sementara, saat cuaca panas, burung mempertahankan kesejukan tubuh dengan melicinkan bulu-bulu mereka.
3.      Penutup tubuh.
4.      Bulu di bagian bawah dan bulu yang terletak di sepanjang sayap dan ekor memiliki bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk mengemudi dan mengerem.
5.      Untuk memperindah tubuh.
6.      Plumae berfungsi agar dapat terbang.
7.      Plamulae berfungsi Sebagai isolator.
8.      Filoplumae Berfungsi sebagai sensor
9.      Mengangkat tubuh burung di udara, Menahan panas sehingga  tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya.Untuk melindungi kulit dari  serangga.
10.   Untuk menghangatkan telur pada saat mengerami

2.2.2.2  System Skeleton
Skeleton aves jika dibandingkan dengan mamalia dan reptile merupakan tulang yang berongga dan ringan. Hal ini merupakan modifikasi untuk terbang. Tulang tempurungnya pada hean yang masih muda terpisah, setela tua akan bersenyawa menjadi satu. Tempurung kepala terdiri atas kotak otak yang bulat, rongga mata dan rahang terproyeksi keluar sebagai paruh, rahang bawah bersendi dengan tulang kuadrat.
16 vertebrae cervicalis, yang masing masing memilki persendian yang berbentuk sadel, sehingga mudah dalam gerak mengambil makanan dan yang lainnya. Columna vertebralis bagian trunkus bersenyawa  menjadi satu sehingga trak memilki persandian dengan costae.
Tulang torax melindungi alat-alat bagian dalam dan merupakan bgian yang menyokong pada mekanisme terbang. Tulang-tulang yang mengambil bagian dalam hal ini , yaki;
1.      Tulang vertebrae sebelah dorsal.
2.      Tulang costae yang pipih sebelah lateral. Umumnya aves memiliki 8 buah dan kadang-kadang tujuh costae.
3.      Tulang sternum sebelah ventral yang memilki tonjolan sebelah median yang disebut carina, sebagia tempat melekatnya muscullus pectoralis guna keperluan terbang.
Skeleton ektremitas posterior terdiri atas femur, patella, crus, yang terdiri atas fibula yang pendek dan tabiotarsus yang merupakan persatuan dari tulang tibia dan tarsalia, pes yang terdiri atas tarso meta tarsus sebagi tulang cakar dan digiti  yang memilki ruas phalanx (jari), pada ujung jari terdapat fulcula(kuku). Empat jari itu, tiga mengarah kemuka dan satu mengarah kebelakang. Sehubungan keperluan tadi terjadi adaptasi.
2.2.2.2  Systema mulkulus
Gerak sayap pada aktu terbang dilakukan oleh muculus pectoralis yang terdapat pada dada , berupa otot daging putih yang dapat dibedakan  atas: musculus pectorais mayor yang terletak sluar dan musculus pectoralis minor yang terletak sebelah dalam. otot daging femur pada prinsipnya adalah untuk lari dan menangkap. Otot pada kaki awah jumlahnya lebih sedikit karna untuk menghindari banyaknya panas yang hilang dan tidak ditumbuhi bulu. Gerak jari kaki dikendalikan oleh tondon otot daging yang bersambung dengan otot disebelah atasnya. Gerakan oleh tendon ini dipelancar dengan pelumasan cairan melalui suatu saluran kecil.
2.2.2.3  Systema digestoria.
Tractus digestipus terdiri ats paruh, cavum oris, didalamnya terdapat lingua kecil runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk. Sebagai lanjutannya adalah parink yang pendek, kemudian oesopagus yang panjang dan pada beberapa burung terjadi beberapa perluasan yang disebut “crop”, sebagai tempat penimbunan makanan sementara dan pelunakan.dari crop inilah ada beberapa saluran yang memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Misalnya vesica fellea yang beberapa jenis aves memilki  sebagai penampung billus namun sebagian lain juga tidak ada yang memilki. Maka berhubungan dengan makanan maka terjadi berbagai macam adaptasi paruh pada burung. Yang akan dibahas lebih banyak ada sub adaptasi aves.
2.2.2.4 System peredaran darah
Sebaga sentra adalah cor, yang terletak dilenea medianan, berbentuk kerucut , diliputi olehpembungkus pericardium. Terbagi atas emoatruangan: atrium sinistrum dan dextrum, terpisahkan oleh septum atrium dan vetriculum sinistrum.
Pembuluh dara arteri keluar dari ventriculum sebanyak tiga buah, yaitu:
a.      Arteri anomina sinistra menuju kekiri
b.     Arteri anomina dextra menuju keknan.
c.      Aorta menuju kekanan, sedangkan archus aortikus menuju kekiri telah hilang.
Pembuluh darah vena dibedakan atas:
a)     Yang termasuk kedalam atrium dextrum yaitu vena cava superior yang terdiri atas vena cava superior sinistrum dan vena cava superior dextrum.
b)    Yang termasuk dalam atrium sinistrum yaitu: dua buah vena pulmonalis yang datang dari pulmo kanan dan kiri.

2.2.3 klasifikasi aves
Kerajaan : Animalia 
Filum : Chordata 
Subfilum : Vertebrata 
Kelas : Aves
Pembagian Kelas Aves : Kelas aves terbagi dalam begitu banyak bangsa (ordo) yang dikenal baik karakteristiknya. Berikut ini hanya dikemukakan karakteristik pada tingkat sub-kelas.
2.2.3.1 Sub-kelas Archaeornithes (Burung Bengkarung) 
Burung-burung bergigi, telah punah. Hidup dalam priode Jurassik. Metakarpal terpisah. Tidak ada pigostil. Vertebra kaudal masing-masing dengan bulu-bulu berpasangan. 
Contoh: Archaeopterygiformes:  Archaeopteryx sp. Fosilnya terdapat di Jerman
2.2.3.2 Sub-kelas Neornithes 
Ada yang telah punah, tetapi ada yang termasuk burung modern. Bergigi atau tidak bergigi. Metakarpal bersatu. Vertebra kaudal tidak ada yang mempunyai bulu berpasangan. Kebanyakan mempunyai pigostil. Sternum ada yang berlunas, ada pula yang rata. Mulai ada sejak zaman kretaseus. 
2.2.3.3 Odontogenathae
Contoh: hesperornis dan Ichthyornis, keduanya telah punah. Bergigi.
Ditemukan di Amerika Serikat. 
2.2.3.4 Palaeogenathae.
Burung berjalan atau sedikit saja terbang. Tulang stertum tidak berlunas.
Semua dengan tulang vomer yang membentuk jembatan pada tulang langit-langit. Tidak ada gigi, vertebra kaudal bebas, tulang karakoid dan skapula kecil. Macam-macam ordo Palaeogenathae:
a.       Ordo Struthioniformes. Contoh: Burung Unta (Struthio camelus)
b.      Ordo Rheiformes. Contoh: Burung Rea (Rhea sp.) 
c.        Ordo Casuariiformes. Contoh: Burung Kasuari (emu) 
d.      Ordo Dinornithiformes. Contoh: Burung Moa 
e.       Ordo Aepyornithiformes. Contoh: Burung Gajah 
f.       Ordo Apterygiformes. Contoh: Burung Kiwi 
g.      Ordo Tinamiformes. Contoh: Burung Tinamu 

2.2.3.5 Impennes. Burung Penguin.
Sayap (anggota gerak anterior) digunakan untuk berenang,
tidak dapat terbang. Metatarsus bersatu, tetapi tidak sempurna. Empat buah jari terarah ke muka, jari-jari dengan selaput kulit. Bulu kecil-kecil menutupi seluruh tubuh. Di bawah kulit terdapat lapisan lemak tebal. Berdiri tegak pada metatarsus. Dapat dengan cepat menyelam. Terdapat 20 jenis dari golongan ini. 
Ordo Sphenisciformes. Contoh: Aptenodytes forsteri 

2.2.3.6 Neogenathae 
Burung-burung modern. Berlunas. Metatarsus bersatu. Vomer kecil dan tidak membentukjembatan pada langit-langit. 
a.       Ordo Gaviiformes. Contoh: Gavia immer 
b.      Ordo Podicipitiformes. Contoh: Podiceps auritus, Podilymbus podiceps 
c.       Ordo Procellariiformes. Contoh: Oceanodroma sp. 
d.      Ordo Pelecaniformes. Contoh: Pelecanus erythrorhynchus 
e.       Ordo Ciconiiformes. Contoh: Ardea herodias 
f.       Ordo Anseriformes. Contoh: Anas platyrhynchos 
g.      Ordo Falconiformes. Contoh: Cathartes aura 
h.      Ordo Galliformes. Contoh: Phasianus colchicus 
i.        Ordo Gruiformes. Contoh: Grus sp. 
j.        Ordo Diatrymiformes. Contoh: Diatryma sp. 
k.      Ordo Charadriiformes. Contoh: Oxyechus vociferus 
l.        Ordo Columbiformes. Contoh: Columba livia 
m.    Ordo Psittaciformes. Contoh: Rhynchopsitta sp. 
n.      Ordo Cuculiformes. Contoh: Geococcyx sp. 
o.      Ordo Strigiformes. Contoh: Tyto alba 
p.      Ordo Caprimulgiformes. Contoh: Antrostomus vociferus 
q.      Ordo Micropodiformes. Contoh: Chaetura pelagica 
r.        Ordo Coliiformes. Contoh: Colius sp. 
s.       Ordo Trogoniformes. Contoh: Trogon elegans 
t.        Ordo Coraciiformes. Contoh: Megaceryle alcyon
u.      Ordo Piciformes. Contoh: Dendrocopos villosus 
v.      Ordo Passeriformes. Contoh: Corvus sp.



Klasifikasi taksonomi dari beberapa spesies kelas aves
No
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Nama Lokal
Nama Umum
1
Galliformes
Phasianidae
Gallus
Gallus Gallus Domestikus
Ayam Kampung
Kampung Chiken
2
Galliformes
Phasianidae
Cortunix
Coturnix Coturnix Japonica
Puyuh Jepang
Japanese Quail
3
Anseriformes
Anatidae
Anas
Anas Phlatyrhincos
Itik
Duck
4
Columbiformes
Columbidae
Columba
Columba Livia
Merpati
Pigeon
5
Passeriformes
Sturnidae
Gracula
Gracula Religiota Robusta
Beo Nias
Hill Myna
6
Psittaciformes
Psittacidae
Cacatua
Cacatua Mollugensis
Kakatua Maluku
Salmon-Crested Cockatoo
7
Psittaciformes
Psittacidae
Cacatua
Cacatua Sulphurea
Kakatua Kecil Jambul Kuning
Yellow-Crested Cockatoo

2.2.4 sistem ekskresi aves
Alat ekskresi burung berupa paru-paru, kulit, dan  sepasang ginjal metanerfous.ginjal dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal burung lebih banyak dari pada mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1ml kubik jaringan korteks ginjal burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal ini membentuk lengkung henle kecil.
Air dalam tubuh disimpan melelui reabsorpsi ditubulus. Di dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang bercampur feses.
Khusus pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresi asam urat juga garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan memakan ikan laut yang mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam diatas mata. Larutan garam mengalir kerongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya garam keluar lewat ujung paruh.

2.2.5        Sistem Pernapasan aves
Unggas dalam hal ini mengambil contoh pada burung, burung mempunyai alat pernafasan (pulmo). Ukuran pulmo relatif kecil di bandingkan ukuran tubuhnya. Paru-paru burung terbentuk untuk bronkus primer, bronkus skunder da pembuluh brokiolus. Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus yang merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus. Ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh parabronkus. Paru-paru burung memiliki kurang/lebih 10000 buah. Parabronkus yang garis tengahnya kurang/lebih 0,5mm. sepasang paru-paru pada burung menempel di dinding dada bagian dalam. Paru-paru burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara sakus pneumatikus yang mengisi daerah selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus, dan daerah leher. Alat pernapasan yang terdiri atas:
a.       Lubang hidung
b.      Celah tekaka pada faring, berhubungan dengan trakea.
c.       Trakea berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun 
disepanjang trakea.
d.      Siring (alat suara), terletak dibagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara. Selain itu dapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput iank mudah bergetar. Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot siringialis.
e.       Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
f.       Bronkus (cabang trakea), tertletak antara siring dan paru-paru.
g.      Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Burung mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut pundi-pundi udara yang berhubungan dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara antara lain untuk membantu pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring sehingga dapat memperkeras suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai berikut. Jika otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah.
Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam pundi-pundi udara.
Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru. Untuk lebih jelas, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana mekanisme pernapasan pada burung.
Pertukaran gas terjadi dalam paru-paru, tepatnya pada parabronkus yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. Paru-paru burung berhubungan dengan sakus pneumatikus melalui perantara bronkus rekurens. Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, sakus pneumatikus juga membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara, mencegah hilangnya panas badan yang terlalu tinggi, menyelubungi alat-alat dalam untuk mencegah kedinginan, serta mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung perenang. Perubahan massa jenis ini dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong udara.
Pernapasan burung dilakukan dengan dua macam, yaitu pada terbang dan tidak terbang. Pada waktu tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak kemuka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Mengembangnya paru-paru menyebabkan udara luar masuk (inspirasi). Sebaliknya dengan mengecilnya rongga dada, paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantung udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi maupun ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien dari pada paru-paru mamalia.
Pada waktu terbang, gerakan aktif dari rongga dada tak dapat berlangsung karena tulang-tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal pelekatan yang kuat untuk otot-otot terbang. Akibatnya, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung udara diketiak, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan sayap ke atas dan ke bawah. Gerakkan ini dapat menekan dan melonggarkan kantong udara tersebut sehingga terjadilah pertukaran udara didalam paru-paru. Semakin tinggi terbang, burung harus semakin cepat menggerakkan sayap untuk memperoleh semakin banyak oksigen. Frekuensi bernapas burung kurang lebih 25 kali permenit, sedangkan pada manusia hanya 15-20 kali permenit.

2.2.6  sistem pencernaan dan pola / cara makan aves
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
a.       Paruh: merupakan modifikasi dari gigi.
b.      Rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga 
mulut dan tanduk.
c.       Tembolok : berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat,
d.       Lambung terdiri atas:
a)        Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
b)        Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal.
c)         Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”,
e.       Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpatitidak terdapat kantung empedu.
f.       Kloaka : merupakan muara dari tiga saluran yaitu pencernaan, ekskresi, dan alat kelamin.
Prilaku makan (tanudimadja, 1981) prilaku makan mencakup konsumsi makanan atau bahan yang bermanfaat baik padat maupun cair. Berdasarkan kebiasaan makan , burung dibagi dalam kelompok burung predator, pemakan bangkai, pemakan biji , pemakan buah dan pemakan segala jenis.  Misalkan pada burung wilwo: memiliki 3 cara mencari makan.
1.      Berjalan menyusur mencari lubang mangsa dan menggusur menggunakan paruh beberapa kali dengan paruh dan mengelilinginya.
2.      Mencari mangsa dengan paruh sedikit terbuka dipermukaan diair dangkal atau lumpur dan berjalan dengan perlahan dan paruh ¾ berada dalam air.
3.      Pengamatan secara lansung. Burung wilwo akan diam berdiri dekat batas perairan dan mempertahankan posisi paruh setengah terbuka dan berada dalam air.
Terkadang burung wilwo akan menbentangkan sayap diatas air sehingga banyak ikan kecil yang berlindung dibaahnya sehingga mudah untuk menankapnya. Burung wilwo makanannya adalah ikan kecil. Atau berjalan di lumpur yang terdapat sekitar 15 meter disekitar htan mangrove. Dengan membenamkan paruhnya ia menangkap kpiting dan beberapa heal laut yang adaa dalam lumpur tersebut. Banyak lagi prilaku makaan aves yang lain seperti ayam burun penghisap madu dan lainnya.
Pada kelompok aves yang ain ada 3 cara makan yang berbeda seperti:
a.       Tetap berada ditempat dan makanan dating sendiri
b.      Berjalan kaki kemana – mana mencari makan
c.       Menjadi parasit pada organism yang lain.

2.2.7 sistem reproduksi dan tingkah laku produksi aves
          2.2.6.1 sistem reproduksi
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
a.    Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian- permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
Saluran reproduksi : Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan- epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
b. Sistem Genitalia Betina.
                       Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri,- bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
c. Proses Fertilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
d. Fungsi bagian-bagian telur aves :
a.       Titik embrio –> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
b.      Kuning telur –> cadangan makanan embrio
c.       Kalaza –> menjaga goncangan embrio
d.      Putih telur –> menjaga embrio dari goncangan
e.       Rongga udara –> cadangan oksigen bagi embrio

2.2.6.2 tingkah laku prouksi
                      Pengamatan tingkah laku reproduksi pada aves yang dijumpai oleh para peneliti selama melakukan penelitian tentang prilaku aves pada saat masa kawin adalah bercumbu dan kopulasi, mengangkut dan menyusun sarang, kawin dan mengeram.
a.      Prilaku bercumbu
Misalnya pada burung wilwo. Bercumbu merupakan suatu prilaku yang selalu terjadi pada burung wilwi jika hormone reproduksi mulai memuncak. Hal ini dimulai dengan bereaksinya hormon reproduksinya dengan cirri-ciri umum yang sangat mudah untuk dikenali oleh laan jenisnya. Hal ini merupakan dorongan biologis sampai saatnya kawin. Percumbuan dimulai dengan saling kejar mengejar untuk mencapai singkronisasi birahi jantan dan betina sampai saat yang diinginkan keduanya. Wilwo jantan akan mendekati wilwo betina dengan mendongakkan paruh dan wilwo betina akan menyeimangkan posisi tersebut. Kemudian diikuti dengan prilaku saling menjulurkan paruh sebagai bentuk respon dari prilaku tersebut.
b.      Kopulasi
Adalah naiknya jantan keatas betina dengan posisi mematuk kepala betina (hidayati, 1996). Mcfarland,1993 kopulasi pada burung terjadi sangat singkat yaitu sekitar 60 detik. Kopulasi berakhir ditandai dengan lepasnya betina dari patukan jantan dan turunnya jantan dari atas betina.
c.       Prilaku mencari bahan sarang
Mendapatkan bahan sarang adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh beberapa golongan aves dalam proses reproduksi. Bahan sarang tersebut mereka dapatkan dari ranting, rumput, jerami maupun bahan lain yang ada disekitar tempat mereka mendirikan sarang. Fungsinya adalah untuk melindungi , menyembunyikan isi sarang dari predator dan juga hujan/ panas.
d.      Prilaku menempatkan sarang
Hal ini dilakukan karna semakin sedikitnya wilayah untuk dijadikan sarang dan juga dipengaruhi oleh keamanan sarang dari tiupan angin dan predator. Misalnya pada burung wilwo yang membutuhkan pohon yang tidak memiliki dahan yang rapat, tetapi cukum luas karna wilwo memilki kaki dan sayap yang cukup panjang.
e.       Prilaku menyusun sarang
Hal ini adalah untuk menata bahan-bahan sarang yang telah dikumpulkan untuk dibentuk menjadi sarang sehingga aman untuk ditempati.
f.       Prilaku mengerami telur
Ini adalah untuk melindungi dan juga untuk mempercepat penetasan.
Banyak lagi hal lain yamh unik dari pola tingkah laku aves.      

2.2.8 adaptasi tingkah laku aves
          Banyak pendapat para ilmuan mengenai prilaku aves pada saat masa kawin. Diantaranya adalah:
a.  Teague (1971) : yang dimaksud perilaku satwa adalah ekspresi semua satwa yang dibedakan oleh semua faktor yang mempengaruhi, baik faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor – faktor itu dinamakan dengan stimulus,  rangsangan atau agent.
b.  tanu dimadja (1978) : suatu segment prilaku, yang diorganisir dan mempunyai fungsi yang mempunyai fungsi khusus. Sifatnya ditentukan oleh kebakaan, tapi bisa diubah dengan latihan dan pembelajaran.
c.  Suratmo (1979) : membagi prilaku makan dan prilaku minum, berkembang biak, mencari perlindungan, berkelahi, bermain, beristirahat, tidur, berjalan, dan berkicau.
               Prilaku merupakan suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap lingkungannya dan pada banyak kasus merupakan hasil seleksi alam seperti terbentuknya struktur fisik. Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri untuk beradaptasi dengan lingkungan lain. Satwa liar yang didomestika akan menglami perubahan tingkah laku seperti berkurangnya sifat liar, mengeram, terbang dan agresif, musim kain yang panjang dan kehilangan sifat berpasangan.
               Menurut Stanley dan andrikovich (1984), tingkahlaku pada adaptasi ditentukan oleh kemampuan belajar hewa untuk menesuaikan dir dengn lingkungan yang baru, tingkah laku maupun belajar hean ditentukan lh sepasang gen atau lebih sehingga terdapat variasi tingkahlaku individu dalam suatu spesies meskipun secara umum relative sama dan bias diwariskan pada turunannnya berupa tingkah laku dasar.
               Tingkah laku hewan adalah sesuatu yang sudah ada sejak lahir, antara lain gerakan untuk menjauh atau mendekat dari stimulus. Pola tingkahlaku harian hewan dalam hal ini egretta alba merupakan suatu aktivitas yang biasa dilakukan dalam kesehariannya mulai dari take of , aktivitas, dan kembali lagi kesarangnya.tapi aspek keseharian dari aves adalah tingkah laku individu, social dan makan.
a.       Adaptasi individu
Sebagian besar adalah ditunjukkan untuk kesejahteraan burung itu sendiri yang berhubungan dengan pemeliharaan, perawatan dan kenyamanan tubuh, habitat, tempat istirahat dan juga makanan. Perilaku yang berhuungan dengan erawatan tubuh adalah bulu, kulit dan bagian lain yang digunakan untuk terbang. Perilaku ini meliputi menelisik bulu,mengaruk dan berjemur.
Menelisik bulu adalah sesuatu yang penting dan dilakukan dengan paruh, digerakkan atau digit hingga keujung dan gerakan ini adalah khas untuk masing –masing individu. Kaki berguna untuk menngaruk bagian kepala karna bagian ini tidak adapat tersentuh paruh.
Berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan mengembangkan bulu- bulu kepala , leher, punggung dan bagian belakang tubuhnya serta mengembangkan sayap dan ekor. Terkadang diikuti dengan membuka mulut.
Untuk menjaga kenyamanan, burung biasanya melakukan pengaturan bulu dengan menggerakkan dan menggoyangkan tubuh, mengangkat, merentangkan dan mengepakkkan sayap dan kemudian mengembalikan pada posisi semula.
b.      Perilaku social
Adalah interaksi dua atau lebih hean yang umumnya adlah dari spesies yang sama. Meskipun sebagian besar special melakukan reproduksi dengan seksual namun banyak juga yang menghabiskan aktu untuk selalu bersama dengan spesiae sejenisnya. Kerumitan prilaku meningkat secara dramatis ketika interaksi individu meningkat secara dramatis. Penyerangan, percumbuan, kerjasama bahkan kebohongan merupakan sebagian dari keseluruhan dari prilaku social. Prilaku social memilki keuntungan dan biaa bagi anggota spesias yang berinteraksi secara ekstensif.(Campbell, 2002: 315-317)
Burung bereaksi terhadap stimuli bahaya tertentu melalui pendengaran dan penglihatan.ketika mendengar peringatan tana bahaya terkadang burung diam dan membeku ditempatnya dengan harapan musuh tidak mengetahui keberadaannnya. Selain bentuk pertahanan diri burung juga memiliki kecendrungan untuk berkelompok, terutama ketika musim biak. Karna kondisi cuaca dan biak terkadang pola angin bias mempengaruhi penyebaran kelompok kelopmpok aves.
Campbell (2002), interaksi social bias berhubungan dengan hal yang bersifat kompetitif, seperti: prilaku agonistic merupaka suatu bentuk perlaanan yang melibatkan prilaku yangmengancam maupun menentukan pesaing mana yang mendapatkan sumberdaya makan dan juga pasangankawin. Contohnya dua ayang yangberbeda digabungkan. Keduanya akan saling melawan dengan cara saling mematik yang yang kuatlah yang akan bersifat linear. Antara satu dan yang lainnya akan saling mengawasi dengan pandagan yang mengancam tapi bukan mematuk.
Teritoriallis adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu hewan yang umumnya mengusir anggta lain dari spesies sendiri. Hal  ini digubakan untuk mencari makan, perkawinan, membesarkan anak, atau kombinasi aktivitas tertentu.
c.       Prilaku makan
Prilaku makan adalah prilaku yang ada kaitanya dengan makan. Suratmo dalam elfidasari (2003) jenis burung yang mencari makan dibawak permukaan air akan memburu mangsa dengan menggunakan ujung paruhnya yang sensitive, karena itu mereka memiliki ukuran mata yang lebih kecil karena tidak terlalu membutuhkan dalam hal mencari mangsa. Sebagian lain aves juga memili kaki yang lebih panjang yang memungkinkan mereka berjaan diair dangkal atau lumpur halus. Sedangkan yang berkaki endek memungkinkan mereka beralan diatas lumpur keras.secara umum aves memilki 3 cara dalam memperoleh makanan, yaitu:
a.       Tetap berada ditempat dan makan dating dengan sendiriya
b.      Berjalan untuk mencari makan
c.       Menjadi parasit dengan organism lain.    
Tingkah laku lain akan dperoleh dari engaruh factor genetic, suhu lingkungan, dan jenis makan yang tersedia dalamhabiat. Misalnya prilaku makan pada burung kuntul: ia hanya akan mencari makan pada kondisi kealam air tertentu. Dengan jalan proses makan sebagai berikut: stop/ melihat-berlari-mematuk-menangkap-makan/stop- melihat-lihat.
Adaptasi lain yang terjadi pada aves adalah dipengaruhi dengan jenis makan yang dimakan dan juga habitan tempat tingggal.
BAB III
Kesimpulan
         Kelas aves terbagi dalam begitu banyak bangsa (ordo) yang dikenal baik karakteristiknya. Impennes. Salah satu contoh dari salah satu kelas aves adalah burung Penguin. Yang mempunyai cirri-ciri, Sayap (anggota gerak anterior) digunakan untuk berenang, tidak dapat terbang. Metatarsus bersatu, tetapi tidak sempurna. Empat buah jari terarah ke muka, jari-jari dengan selaput kulit. Bulu kecil-kecil menutupi seluruh tubuh. Di bawah kulit terdapat lapisan lemak tebal. Berdiri tegak pada metatarsus. Dapat dengan cepat menyelam. Terdapat 20 jenis dari golongan ini, Contoh dari golongan ini adalalah Ordo Sphenisciformes. Contoh: Aptenodytes forsteri.
Ciri-ciri Umum dari burung adalah bersayap (tubuh dilindungi bulu), berkembang biak dengan bertelur (ovipar), suhu tubuhnya tetap (homoiterm), bernapas dengan paru-paru dan pundi-pundi udara, tulangnya tipis dan berlubang, mulut berbentuk paruh yang kaku dan kuat, pada sebagian besar spesies, anggota gerak atas berfungsi untuk terbang, kulit kakinya diselubungi semacam sisik yang disebut tasometatarsus, dan memiliki kantong udara untuk membantu pernapasan pada saat terbang.
Selain ciri umum burung juga mempunyai ciri khusus, adapun cirinya adalah bulu. Bulu adalah suatu adaptasi vertebrata yang paling luar biasa karena sangat ringan dan kuat. Bulu terbuat dari keratin, protein yang juga menyusun rambut dan kuku manusia dan sisik pada reptile. Struktur tubuh burung terdiri dari paruh, kepala, iris, pupil, mantel, lesser, bulu, scapular, bulu atas, tersial, bokong, primaries, vent, paha, tibio-tarsalartikulasi, tarsus, kaki, tibia, belly, sisi, breast, tenggorokan, dan wattle. Adapun sistem organ pada burung adalah Sistem Respirasi, Sistem Pencernaan, Sistem Reproduksi, Sistem Peredaran Darah, Sistem Ekskresi, Sistem Saraf, dan Sistem Rangka. Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur.
Kebanyakan burung membuat sarang dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarang itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana, dari tumpukan rumput, ranting, atau batu atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melengkuk sehingga telur yang di letakkan tidak mudah terguling. Pada saat musim kawin burung umumya, memiliki rituaal berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Contohnya burung manyar, burung jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna, akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan ditinggalkannya. Tak terkecuali burung yang berada dimanapun. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing je           nis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya, juga mencari pasangan dengan ritualnya masing-masing.
Burung adalah salah satu hewan yang diciptakan oleh Allah untuk manusia, kenapa?; karena salah satu yang bias diambil dari manfaat burung adalah merupakan sumber protein yang penting (daging maupun telurnya). Seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek. Di samping itu, orang juga memelihara burung untuk kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah burung-burung merpati, perkutut, dan murai batu dan lain-lain. Dan khusus untuk burung-burung elang kerap dipelihara pula untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu, dan burung juga memberikan nilai estetika terhadap keragaman fauna indonesia, seperti burung merak, kasuari, sendrawasih dll.
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, Mukayat djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Aryulina,Diah,Choirul Muslim, Salfinaf Manaf, Dkk.2004.Biologi Sma Kelas X. Jakarta: Esis
Kimball, John W.1983. Biologi Jilid 2.Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Bermanfaat. Saya Tunggu kritik Dan sarannya. terimah kasih..